Label

Sabtu, 01 Desember 2012

KKL Kondang Merak


LAPORAN PRATIKUM
TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH

INDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN MAKRO ALGA DI ZONA PASANG SURUT PANTAI KONDANG MERAK


Dosen Pengampu :
Drs. Sulisetjono, M.Si
Ainun Nikmati Laili, M.Si.


Oleh :
            Nama   : HIDATATULLAH
            NIM    : 11620075




JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2012






BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Istilah alga (jamak algae) dalam bahasa indonesia disebut ganggang, mempunyai batasan yang bervariasi. Bahkan kalangn ahli biologi sendiri terdapat perbedaan dalam memberikan batasan istilah alga. Definisi berikut dirangkum dari Smith (1995): “Alga adalah organisme berklorofil, tubuhnya merupakan tallus (uniseluler atau multiseluler), alat reproduksi pada umumnya berupa sel tunggal, meskipun ada juga alga yang alat reproduksinya tersusun dari banyak sel”.
     Rumput laut termasuk kelompok tumbuhan alga yang berukuran besar, dalam artian dapat terlihat dengan mata biasa tanpa alat pembesar atau mikroskop dan bersifat bentik atau tumbuh menancap atau menempel pada suatu substrat di perairan laut. Alga yang disebut rumput laut ini umumnya terdiri dari :
1. Kelompok alga merah (Rhodophyceae)
2. Kelompok alga coklat (Phaeophyceae)
3. Kelompok alga hijau (Chlorophyceae).
            Ketiga kelompok ini yang tumbuh di laut diperkirakan ada sekitar 9000 jenis yang masing-masing adalah sekitar 6000 jenis Rhodophyceae, 2000 jenis Phaeophyceae dan 1000 jenis Chlorophyceae. Alga lainnya yang berukuran kecil dan hanya terlihat dengan bantuan alat pembesar seperti mikroskop tidak termasuk ke dalam kelompok rumput laut tetapi merupakan kelompok tersendiri yang disebut plankton. Kelompok ini selain kecil ukurannya juga gerakannya sangat dipengaruhi pergerakan air sehingga keberadaannya sebagian besar bergantung kepada kondisi fisik perairan selain faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pertumbuhannya.
            Rumput laut atau algae yang juga dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar dari tanaman laut. Perairan laut Indonesia dengan garis pantai sekitar 81.000 km diyakini memiliki potensi rumput laut yang sangat tinggi. Tercatat sedikitnya ada 555 jenis rumput laut di perairan Indonesia, diantaranya ada 55 jenis yang diketahui mempunyai nilai ekonomis tinggi, diantaranya Eucheuma sp., Gracilaria sp. dan Gelidium sp. Sejak zaman dulu rumput laut telah digunakan manusia sebagai makanan dan obat-obatan.
            Oleh sebab itu, di rasa sangat penting bagi mahasiswa untuk melakukan pengamatan tentang keanekaragaman alga yang berhabitat di zona pasang surut pantai, dalam hal ini kami mengamati alga di pantai Selatan; Kondang Merak.

1.2.Tujuan

            Studi lapangan keanekaragaman alga yang berhabitat di zona pasang surut pantai Selatan; KondangMerak.

1.3.Manfaat

Manfaat studi lapangan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui keanekaragaman alga yang berhabitat di zonapasangsurutpantai Selatan; KondangMerak.






BAB II
METODOLOGI
2.1. Waktu dan Tempat
            Pengamatan tentang makroalga yang berhabitat di di zona pasang surut Pantai Selatan ini dilakukan pada hari Kamis sampai Jumat tanggal 15-16 November 2012 bertempat di Pantai Kondang Merak Malang, Jawa Timur. 
2.2.  Alat dan Bahan
        2.2.1.  Alat
1.      Alattulis
2.      Alatdokumentasi (fotodan video)
3.      Ice box (termoses) untukmenyimpan alga
4.      Toples (sudahdisiapkanlaboran)

       2.2.2. Bahan
1.     Es
2.    Kertas label (sudahdisiapkanlaboran)
3.    Larutan herbarium (sudahdisiapkanlaboran)

2.3. Cara kerja
1.      Direndam alga di dalam larutan fiksatif yang telah ditambahkan larutan tembaga sulfat. Perendaman selama 48 jam
·         Larutan fiksatif  untuk memfiksasi alga:
Ø  Asam asetat glacial 5 mL
Ø  Formalin 10 ml
Ø  Etil alcohol atau alcohol 80% 50 m
·         Larutan tembaga sulfat untuk mempertahankan warna :
Ø  Tembaga sulfat 0,2 gr
Ø  Aquades 35 ml
2.      Dibuang larutan fiksatif setelah 48 jam
3.      Diisi toples dengan alcohol 70% sebagai pengawet
4.      Dimasukkan alga ke dalam toples
5.      Ditutup toples yang berisi alga tersebut
6.      Diberi label dengan nama spesies alga



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.     Codium harveyi stiva

3.1.1.           Gambar Spesies

Gambar pengamatan
Gambar Literatur






















( Hardiansyah, 2010)

3.1.2.           Klasifikasi ( Hardiansyah ,2010 )
Kingdom :     Plantae

          Divisi   :           Chorophyta

                      Kelas   :           Chlorophyceae

                                  Bangsa            :          Bryopsidales

                                              Suku :              Codiaceae

                                                          Marga :           Codium

                                                                      Jenis :  Codium harveyi Stiva 

3.1.3.           Pembahasan

Berdasarkan pegamatan tentang Alga Codium harveyi stiva ini, ditemukan melekat pada substrat yaitu karang atau bebatuan dan merupakan alga multiseluler. Alga ini merupakan salah satu spesies dari divisi Chlorophyta. Berdasarkan hasil pengamatan, alga ini berwarna hijau tua saat pengambilan di habitat asal dan berubah menjadi warna hijau muda setelah dilakukan pengawetan dengan menggunakan alkohol. Perubahan warna ini terjadi dikarenakan pigmennya yang memudar setelah dilakukan pengawetan. Alga ini memiliki tektur seperti spons dan seluruh permukaan memiliki pori-pori yang kecil. Tubuhnya tegak dan rimbun. Bentuknya gepeng dan memliki cabang-cabang. Pada bagian bawah terdapat holdfast yang berbentuk seperti serabut dan berfungsi sebagai alat untuk melekat pada substat. Ukuran holdfastnya 1 cm. Stipe dan blade tidak dapat dibedakan karena memiliki bentuk yang sama. Panjang secara keseluruhan 10,5 cm dan lebar keseluruhan adalah 6,7 cm.
Codium harveyi silva adalah gangang multiseluler golongan divisi chlorophyta. Berbeda dengan  tanaman sempurna pada umumnya, alga ini tidak memiliki akar, batang dan daun (talus). Talusnya berdiferensiasi menjadi blade yang mirip daun dan holdfast yang mirip akar yang menjadi jangkar bagi alga itu untuk melawan gejolak gelombang dan pasang air laut. Talus tersebut sesungguhnya multiseluler, terdiri dari sel-sel yang berspesialisasi yang digabung dengan jaringan. Ciri-ciri umum alga ini adalah tubuhnya tumbuh tegak dan rimbun, warna hijau, alat pelekatnya berupa serabut rhizoid, tinggi sekitar 10 cm, talus lunak seperti spon, bentuknya seperti buluh (silindris), tersusun oleh filamen utrikula yang berbentuk unik dan tersusun (Campbell, 2003).
Alga hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa di antaranya di air laut dan air payau. Alga hijau yang hidup di laut tumbuh di sepanjang perairan yang dangkal. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut. Sebagian yang hidup di laut merupakan mikroalga Ulvales dan Sphonales (Sulisetjono, 2009).

Perkembangbiakan divisi chlorophyta ini ada 3 macam, yaitu (Sulisetjono,2009):
1.   Vegetatif
    Perkembangbiakan vegetatif dilakukan dengan fragmentasi tubuhnya dan pembelahan sel.

2.   Aseksual
    Perkembangbiakan dengan cara membentuk sel khusus yang mampu berkembang menjadi individu baru tanpa terjadi peleburan sel kelamin. Pada umumnya terjadi dengan spora, oleh karena itu sering disebut perkembangbiakan secara sporik. Zoospora dibentuk oleh sel vegetatif.
3. Seksual
Perkembangbiakan secara seksual banyak dijumpai yaitu isogami, anisogami, dan oogami. Meiosis dapat terjadi pada zigot yang berkecambah atau pada waktu pembentukan spora atau gamet.
Isogami merupakan perkembangbiakan secara seksual yang paling sederhana dan menuju ke arah anisogami. Pada tipe anisogami masing- masing jenis merupakan sel bebas dengan ukuran yang tidak sama, sedangkan yang lebih maju lagi yaitu tipe oogami. Pada tipe oogami, masing- masing gamet telah menunjukkan perbedaan ukuran maupun bentuknya.

3.2.            Cystoseira_sp

3.2.1.      Gambar Spesies

Gambar Pengamatan
Gambar Literatur























( Hardiansyah, 2010)


3.2.2.      Klasifikasi(Hardiansyah ,2010) 
Kingdom :       Plantae

                        Divisi   :           Rhodophyta

                                    Ordo:               Cystoseirales

                                                Famili  :           Cystoseiraceae

                                                            Genus :            Cystoseira_sp

                                                                      Spesies:           Cystoseira_sp
3.2.3.      Pembahasan
Alga Ceratodityon variabilis ditemukan melekat pada substrat di bebatuan dan di karang dan merupakan alga multiseluler. Alga ini merupakan salah satu spesie dari divisi Rhodophyta atau alga merah. Berdasarkan hasil pengamatan, alga ini memiliki warna merah di habitat asalnya dan berubah warna menjadi hijau tua setelah dilakukan pengawetan dengan menggunakan alkohol. Perubahan warna ini terjadi dikarenakan pigmen warnanya yang memudar dan karena kesalahan saat dilakukan pengawetan, yaitu dengan menggabungkan alga jenis Chlorophyta dan alga jenis Rhodophyta di wadah yang sama saat dilakukannya fiksasi. Alga ini memiliki tekstur tubuh yang keras dan bentuk tubuhnya silindris gepeng, mempunyai percabangan dikotom dan pada permukaan tubuhnya terdapat bintik-bintik. Pada bagian bawah, terdapat holdfast berbentuk cakram sebagai alat untuk melekat pada substrat. Ukuran holdfastnya 1,5 cm. Stipe dan blade pada alga ini tidak dapat dibedakan karenamemiliki bentuk yang sama. Secara keseluruhan, panjang alga ini 18 cm dan lebar 5,8 cm.
Rhodophyceae berwarna merah sampai ungu, kadang-kadang juga lembayung atau pirang kemerah-merahan. Kromatofora berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil adan karotenoid, tetapi warna itu tertutup oleh zat warna merah yang mengadakan fluoresensi, yaitu fikoeritrin. Pada jenis-jenis tertentu terdapat fikosianin (Tjitrosoepomo, 2009).
Alga merah biasa menempel pada alga lain atau pada batu. Ada juga yang hidup bebas mengapung dipermukaan air. Alga merah biasa ditemukan di air cukup dalam, lebih dalam dibanding tempat tumbuh kelompok alga lainnya. Fikobilin, pigmen pada alga merah, dapat mengumpulkan cahaya hijau dan biru yang masuk ke air yang dalam. Dengan begit alga merah dapat berada di lokasi perairan yang lebih dalam dibanding alga lainnya (Pitriana, 2008).
Tubuhnya bersel banyak dan kebanyakan berbentuk lembaran sederhana dengan cabang-cabang halus seperti pita. Di dalam selnya terdapat pigmen klorofil a dan fikobilin. Fikobilin adalah semacam pigmen yang terdapat pada fikoeritrin dan fikosianin. Melalui pigmen fikobilin, gelombang cahaya yang masuk ke dalam laut diserap. Kemudian mentransfer energi cahaya ke klorofil untuk keperluan fotosintesis. Bentuk dari hasil fotosintesis adalah karbohidrat yang disebut tepung floridean (Aziz, 2008).
Alga merah dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara pembentukan spora yang tidak memiliki alat gerak. Spora tersebut dapat berindah ke tempat lain dengan mengikuti arus air laut. Selanjutnya, di tempat yang sesuai, spora tersebut akan tumbuh menjadi individu baru. Reproduksi generatifnya dilakukan dengan cara peleburan ovum dengan spermatogonium yang tidak memiliki alat gerak. Hasil peleburan tersebut akan membentuk zigot yang diploid. Selanjutnya zigot akan tumbuh menjadi individu baru yang diploid (Aziz, 2008).
Jenis alga ini berbeda dengan alga lainnya terutama mengenai alat reproduksi seksualnya yaitu gamet jantan tidak berflagel disebut spermatia, mereka diankut secara pasif menuju alat kelamin  betina “Karpogonium”. Beberapa Rhodophyta mempunyai zygote yang membelah lansung menjadi spora (karpospora), tetapi kebanyakan  membuat karpospora tidak langsung dari zygot (Hidayat, 2006).
Perkembangbiakan vegetatif dengan aplanospora ( spora tidak bergerak ) dan dengan fragmentasi thallus. Sedangkan perkembangan generatifnya dengan pembuahan sel telur di dalam korpogonium oleh spermatium. (Yudianto, 1992 ).

3.3.             Gracilaria coronopifolia

3.3.1.           Gambar Spesies

Gambar pengamatan

Gambar literatur



















( Hardiansyah ,2010)

3.3.2.           Klasifikasi( Hardiansyah ,2010 )
Kingdom :       Plantae
            Divisi :             Rhodophyta
                        Ordo:               Cryptonemiales                                  
Famili:       Halymeniaceae     
                                                Genus :            Gracilaria sp
Spesies            Gracilaria coronopifolia
Pembahasan
Alga Gracilaria coronopifoliaini ditemukan melekat pada substrat seperti bebatuan dan karang di pinggir pantai. Alga ini merupakan salah satu spesies dari divisi Rhodophyta atau alga merah. Berdasarkan hasil pengamatan, alga ini memiliki warna merah pada habitat asalnya namun warnanya berubah menjadi warna hijau setelah pengawetan dengan menggunakan alkohol. Ini terjadi dikarenakan pigmennya yang luntur dan kesalahan saat dilakukan pengawetan, yaitu dengan menggabungkan alga jenis Chlorophyta dan alga jenis Rhodophyta di wadah yang sama saat dilakukannya fiksasi. Alga ini memiliki tekstur tubuh yang keras. Bentuk thallusnya silindris hampir mirip dengan daun cemara, memiliki duri tumpul keci-kecil yang rapat satu dengan yang lain di seluruh permukaan tubuhnya. Pada bagian bawah terdapat holdfast yang berbentuk seperti cakram yang berfungsi untuk melekatkan diri pada substrat. Panjang holdfastnya 1,3 cm. Stipe dan blade pada alga ini tidak dapat dibedakan karena memiliki bentuk yang sama. Panjang keseluruhan dari alga ini 9,3 cm dan lebar 3,2 cm.
Pada umumnya dinding sel tediri dari dua komponen yaitu komponen fibriler awan yang membentuk rangkadinding dan komponen non fibriler berbentuk matrik. Tipe umum dari komponen fibriler  mengandung selulosa, sedangkan non fibriler tersusun dari galaktan atau polimer dan galaktosa seperti agar, karaginin porpiran (Sulisetjono,2009).
Sebagai hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat ang disebut tepung floride, yang juga merupakan hasil polimerasi glukosa, berbentuk bulat, tidak larut dalam air, seringkali berlapis-lapis, jika dibubuhi yodium berwarna kemah-merahan. Tepung ini sifatnya lenih dekat kepada glikogen, dan tidak terdapat dalam kromatofora, melainkan pada permukaannya. Selain tepung floride terdapat juga floridosida (senyawa gliserin dan galaktosa) dan tetes-tets minyak. Pirenoid kadang-kadang juga terdapat.selain beberapa perkecualian, Rhodophyceae selalu bersifat autotrof. Yang heterotrof tidak mempunyai kromatofora dan hidup sebagai parasit pada ganggang lain. Dinding sel terdiri atas dua lapis, yang dalam terdiri dari selulosa, yang luar terdiri atas pektin yang berlendir (Tjitrosoepomo, 2009).
Kebanyakan Rhodophyceae hdup dalam air laut, terutama dalam lapisan-lapisan air yang dalam, yang hanya dapat dicapai oleh cahaya bergelombang pendek. Hidupnya sebagai bentos, melekat pda suatu substrat dengan bengang-benang pelekat atau cakram pelekat. Thallus bermacam-macam bentuknya, tetapi pada golongan yang sederhana pun telah bersifat heterotrik. Jaringan tubuh belum bersifat sebagai parenkim, melainkan hanya merupakan plektenkim (Tjitrosoepomo, 2009).
Rhodophyceae memiliki satu atau beberapa macam spora yang tidak berflagel yaitu karpospora, spora netral, monospora, bispora, tetraspora, atau polispora. Karpospora adalah spora yang terbentuk secara seksual, spora ini terbentuk secara langsung atau tidak langsung dari zigot. Spora-spora lainnya adalah spora aseksual. Spora netral adalah spora yang terbentuk langsung dair sel vegetatif yang mengalami metamorfosa. Monospora adalah sora yang terbentuk dalam sporangium yang hanya menghasilkan satu spora saja (Sulisetjono,2009).







BAB IX
PENUTUP

4.1.  Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan alga yang diperoleh dari zona pasang surut Pantai Kondang Merak diketahui bahwa:
1.        Codium harveyi silva merupakan spesies dari divisi Chlorophyta karena memiliki pigen hijau. Alga ini memiliki tektur seperti spons  dan seluruh permukaan memiliki pori-pori yang kecil. Tubuhnya tegak dan rimbun. Bentuknya gepeng dan memliki cabang-cabang
2.        Cystoseira_spmerupakan spesies dari divisi Rhodophyta karena memiliki pigmen merah Alga ini memiliki tekstur tubuh yang keras dan bentuk tubuhnya silindris gepeng, mempunyai percabangan dikotom dan pada permukaan tubuhnya terdapat bintik-bintik.
3.        Gracilaria coronopifoliamerupakan spesies dari divisi Rhodophyta karena memiliki pigmen merah. Alga ini memiliki tekstur tubuh yang keras. Bentuk thallusnya silindris hampir mirip dengan daun cemara, memiliki duri tumpul keci-kecil yang rapat satu dengan yang lain di seluruh permukaan tubuhnya.
4.2. Saran
            Untuk memperlancar praktikum ini diharapkan mahasiswa memperdalam materi yang berhubungan atau menunjang praktikum ini.
  


DAFTAR PUSTAKA

Aslan, L.M. 1991. Budidaya Rmput Laut. Yogyakarta: Kanisius
Aziz, Abdul. 2008. Dan Alampun Bertasbih. Jakarta: Balai Pustaka.
Campbell, Neil. A., dkk. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Hidayat, Otang. 2006. Diktat Botani Cryptogamamae. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Pitriana, Pipit. 2008. Bio Ekspo Menjelajah Dunia Dengan Biologi. Solo: Jatra Graphic.
Sulisetjono. 2009. Bahan Serahan Algae.
Yudianto, Suroso Adi. 1992. Pengantar Cryptogamae. Bandung : Transito

Tidak ada komentar:

Posting Komentar