LAPORAN
PRATIKUM
TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH
INDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN MAKRO ALGA DI ZONA PASANG SURUT PANTAI KONDANG MERAK
Dosen
Pengampu :
Drs. Sulisetjono, M.Si
Ainun Nikmati Laili, M.Si.
Oleh
:
Nama : HIDATATULLAH
NIM : 11620075
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA
MALIK IBRAHIM MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Istilah alga (jamak algae) dalam bahasa indonesia disebut ganggang,
mempunyai batasan yang bervariasi. Bahkan kalangn ahli biologi sendiri terdapat
perbedaan dalam memberikan batasan istilah alga. Definisi berikut dirangkum
dari Smith (1995): “Alga adalah organisme berklorofil, tubuhnya merupakan
tallus (uniseluler atau multiseluler), alat reproduksi pada umumnya berupa sel
tunggal, meskipun ada juga alga yang alat reproduksinya tersusun dari banyak
sel”.
Rumput laut termasuk kelompok tumbuhan alga yang berukuran besar, dalam artian
dapat terlihat dengan mata biasa tanpa alat pembesar atau mikroskop dan
bersifat bentik atau tumbuh menancap atau menempel pada suatu substrat di
perairan laut. Alga yang disebut rumput laut ini umumnya terdiri dari :
1. Kelompok
alga merah (Rhodophyceae)
2. Kelompok alga coklat (Phaeophyceae)
3. Kelompok alga hijau (Chlorophyceae).
2. Kelompok alga coklat (Phaeophyceae)
3. Kelompok alga hijau (Chlorophyceae).
Ketiga kelompok ini yang tumbuh di laut diperkirakan ada sekitar 9000 jenis
yang masing-masing adalah sekitar 6000 jenis Rhodophyceae, 2000 jenis
Phaeophyceae dan 1000 jenis Chlorophyceae. Alga lainnya yang berukuran kecil
dan hanya terlihat dengan bantuan alat pembesar seperti mikroskop tidak
termasuk ke dalam kelompok rumput laut tetapi merupakan kelompok tersendiri
yang disebut plankton. Kelompok ini selain kecil ukurannya juga gerakannya
sangat dipengaruhi pergerakan air sehingga keberadaannya sebagian besar
bergantung kepada kondisi fisik perairan selain faktor-faktor lain yang
berpengaruh terhadap pertumbuhannya.
Rumput laut atau algae yang juga dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian
terbesar dari tanaman laut. Perairan laut Indonesia dengan garis pantai sekitar
81.000 km diyakini memiliki potensi rumput laut yang sangat tinggi. Tercatat
sedikitnya ada 555 jenis rumput laut di perairan Indonesia, diantaranya ada 55
jenis yang diketahui mempunyai nilai ekonomis tinggi, diantaranya Eucheuma sp.,
Gracilaria sp. dan Gelidium sp. Sejak zaman dulu rumput laut telah digunakan
manusia sebagai makanan dan obat-obatan.
Oleh sebab itu, di
rasa sangat penting bagi mahasiswa untuk melakukan pengamatan tentang keanekaragaman
alga yang berhabitat di zona pasang surut pantai, dalam hal ini kami mengamati alga
di pantai Selatan; Kondang Merak.
1.2.Tujuan
Studi lapangan keanekaragaman alga yang
berhabitat di zona pasang surut pantai Selatan; KondangMerak.
1.3.Manfaat
Manfaat
studi lapangan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui keanekaragaman alga
yang berhabitat di zonapasangsurutpantai Selatan; KondangMerak.
BAB II
METODOLOGI
2.1. Waktu dan Tempat
Pengamatan tentang makroalga yang
berhabitat di di
zona pasang surut Pantai Selatan ini
dilakukan pada hari Kamis sampai Jumat tanggal 15-16 November 2012 bertempat di
Pantai Kondang Merak Malang, Jawa Timur.
2.2. Alat dan Bahan
2.2.1. Alat
1. Alattulis
2. Alatdokumentasi (fotodan video)
3. Ice box (termoses) untukmenyimpan alga
4.
Toples (sudahdisiapkanlaboran)
2.2.2. Bahan
1. Es
2. Kertas label (sudahdisiapkanlaboran)
3. Larutan herbarium (sudahdisiapkanlaboran)
2.3. Cara kerja
1.
Direndam alga di dalam larutan fiksatif yang telah ditambahkan
larutan tembaga sulfat. Perendaman selama 48 jam
·
Larutan fiksatif untuk
memfiksasi alga:
Ø Asam asetat
glacial 5 mL
Ø Formalin 10 ml
Ø Etil alcohol
atau alcohol 80% 50 m
·
Larutan tembaga sulfat untuk mempertahankan warna :
Ø Tembaga sulfat
0,2 gr
Ø Aquades 35 ml
2.
Dibuang larutan fiksatif setelah 48 jam
3.
Diisi toples dengan alcohol 70% sebagai pengawet
4.
Dimasukkan alga ke dalam toples
5.
Ditutup toples yang berisi alga tersebut
6.
Diberi label dengan nama spesies alga
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Codium
harveyi stiva
3.1.1.
Gambar Spesies
Gambar
pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
|
( Hardiansyah, 2010)
|
3.1.2.
Klasifikasi ( Hardiansyah ,2010 )
Kingdom : Plantae
Divisi : Chorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Bangsa :
Bryopsidales
Suku
: Codiaceae
Marga
: Codium
Jenis
: Codium
harveyi Stiva
3.1.3.
Pembahasan
Berdasarkan
pegamatan tentang Alga Codium harveyi
stiva ini, ditemukan melekat pada substrat yaitu karang atau bebatuan dan
merupakan alga multiseluler. Alga ini merupakan salah satu spesies dari divisi
Chlorophyta. Berdasarkan hasil pengamatan, alga ini berwarna hijau tua saat
pengambilan di habitat asal dan berubah menjadi warna hijau muda setelah
dilakukan pengawetan dengan menggunakan alkohol. Perubahan warna ini terjadi
dikarenakan pigmennya yang memudar setelah dilakukan pengawetan. Alga ini
memiliki tektur seperti spons dan seluruh permukaan memiliki pori-pori yang
kecil. Tubuhnya tegak dan rimbun. Bentuknya gepeng dan memliki cabang-cabang. Pada
bagian bawah terdapat holdfast yang berbentuk seperti serabut dan berfungsi
sebagai alat untuk melekat pada substat. Ukuran holdfastnya 1 cm. Stipe dan
blade tidak dapat dibedakan karena memiliki bentuk yang sama. Panjang secara
keseluruhan 10,5 cm dan lebar keseluruhan adalah 6,7 cm.
Codium harveyi silva
adalah gangang multiseluler golongan divisi chlorophyta. Berbeda dengan
tanaman sempurna pada umumnya, alga ini tidak memiliki akar, batang dan daun
(talus). Talusnya berdiferensiasi menjadi blade yang mirip daun dan holdfast
yang mirip akar yang menjadi jangkar bagi alga itu untuk melawan gejolak
gelombang dan pasang air laut. Talus tersebut sesungguhnya multiseluler,
terdiri dari sel-sel yang berspesialisasi yang digabung dengan jaringan.
Ciri-ciri umum alga ini adalah tubuhnya tumbuh tegak dan rimbun, warna hijau, alat
pelekatnya berupa serabut rhizoid, tinggi sekitar 10 cm, talus lunak seperti
spon, bentuknya seperti buluh (silindris), tersusun oleh filamen utrikula yang
berbentuk unik dan tersusun (Campbell, 2003).
Alga
hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa di antaranya di air laut dan
air payau. Alga hijau yang hidup di laut tumbuh di sepanjang perairan yang
dangkal. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air
menjadi surut. Sebagian yang hidup di laut merupakan mikroalga Ulvales dan Sphonales (Sulisetjono, 2009).
Perkembangbiakan
divisi chlorophyta ini ada 3 macam, yaitu (Sulisetjono,2009):
1. Vegetatif
Perkembangbiakan vegetatif dilakukan dengan fragmentasi tubuhnya dan pembelahan sel.
Perkembangbiakan vegetatif dilakukan dengan fragmentasi tubuhnya dan pembelahan sel.
2. Aseksual
Perkembangbiakan dengan cara membentuk sel khusus yang mampu berkembang menjadi individu baru tanpa terjadi peleburan sel kelamin. Pada umumnya terjadi dengan spora, oleh karena itu sering disebut perkembangbiakan secara sporik. Zoospora dibentuk oleh sel vegetatif.
Perkembangbiakan dengan cara membentuk sel khusus yang mampu berkembang menjadi individu baru tanpa terjadi peleburan sel kelamin. Pada umumnya terjadi dengan spora, oleh karena itu sering disebut perkembangbiakan secara sporik. Zoospora dibentuk oleh sel vegetatif.
3. Seksual
Perkembangbiakan
secara seksual banyak dijumpai yaitu isogami, anisogami, dan oogami. Meiosis
dapat terjadi pada zigot yang berkecambah atau pada waktu pembentukan spora
atau gamet.
Isogami
merupakan perkembangbiakan secara seksual yang paling sederhana dan menuju ke
arah anisogami. Pada tipe anisogami masing- masing jenis merupakan sel bebas
dengan ukuran yang tidak sama, sedangkan yang lebih maju lagi yaitu tipe
oogami. Pada tipe oogami, masing- masing gamet telah menunjukkan perbedaan
ukuran maupun bentuknya.
3.2.
Cystoseira_sp
3.2.1.
Gambar Spesies
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
|
( Hardiansyah, 2010)
|
3.2.2.
Klasifikasi(Hardiansyah ,2010)
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Rhodophyta
Ordo: Cystoseirales
Famili : Cystoseiraceae
Genus
: Cystoseira_sp
Spesies: Cystoseira_sp
3.2.3.
Pembahasan
Alga
Ceratodityon variabilis ditemukan
melekat pada substrat di bebatuan dan di karang dan merupakan alga multiseluler.
Alga ini merupakan salah satu spesie dari divisi Rhodophyta atau alga merah. Berdasarkan
hasil pengamatan, alga ini memiliki warna merah di habitat asalnya dan berubah
warna menjadi hijau tua setelah dilakukan pengawetan dengan menggunakan alkohol.
Perubahan warna ini terjadi dikarenakan pigmen warnanya yang memudar dan karena
kesalahan saat dilakukan pengawetan, yaitu dengan menggabungkan alga jenis
Chlorophyta dan alga jenis Rhodophyta di wadah yang sama saat dilakukannya
fiksasi. Alga ini memiliki tekstur tubuh yang keras dan bentuk tubuhnya
silindris gepeng, mempunyai percabangan dikotom dan pada permukaan tubuhnya
terdapat bintik-bintik. Pada bagian bawah, terdapat holdfast berbentuk cakram
sebagai alat untuk melekat pada substrat. Ukuran holdfastnya 1,5 cm. Stipe dan
blade pada alga ini tidak dapat dibedakan karenamemiliki bentuk yang sama.
Secara keseluruhan, panjang alga ini 18 cm dan lebar 5,8 cm.
Rhodophyceae
berwarna merah sampai ungu, kadang-kadang juga lembayung atau pirang
kemerah-merahan. Kromatofora berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung
klorofil adan karotenoid, tetapi warna itu tertutup oleh zat warna merah yang
mengadakan fluoresensi, yaitu fikoeritrin.
Pada jenis-jenis tertentu terdapat fikosianin
(Tjitrosoepomo, 2009).
Alga
merah biasa menempel pada alga lain atau pada batu. Ada juga yang hidup bebas
mengapung dipermukaan air. Alga merah biasa ditemukan di air cukup dalam, lebih
dalam dibanding tempat tumbuh kelompok alga lainnya. Fikobilin, pigmen pada
alga merah, dapat mengumpulkan cahaya hijau dan biru yang masuk ke air yang
dalam. Dengan begit alga merah dapat berada di lokasi perairan yang lebih dalam
dibanding alga lainnya (Pitriana, 2008).
Tubuhnya
bersel banyak dan kebanyakan berbentuk lembaran sederhana dengan cabang-cabang
halus seperti pita. Di dalam selnya terdapat pigmen klorofil a dan fikobilin.
Fikobilin adalah semacam pigmen yang terdapat pada fikoeritrin dan fikosianin.
Melalui pigmen fikobilin, gelombang cahaya yang masuk ke dalam laut diserap.
Kemudian mentransfer energi cahaya ke klorofil untuk keperluan fotosintesis.
Bentuk dari hasil fotosintesis adalah karbohidrat yang disebut tepung floridean
(Aziz, 2008).
Alga
merah dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual
dilakukan dengan cara pembentukan spora yang tidak memiliki alat gerak. Spora
tersebut dapat berindah ke tempat lain dengan mengikuti arus air laut.
Selanjutnya, di tempat yang sesuai, spora tersebut akan tumbuh menjadi individu
baru. Reproduksi generatifnya dilakukan dengan cara peleburan ovum dengan
spermatogonium yang tidak memiliki alat gerak. Hasil peleburan tersebut akan
membentuk zigot yang diploid. Selanjutnya zigot akan tumbuh menjadi individu
baru yang diploid (Aziz, 2008).
Jenis alga ini berbeda
dengan alga lainnya terutama mengenai alat reproduksi seksualnya yaitu gamet
jantan tidak berflagel disebut spermatia, mereka diankut secara pasif menuju
alat kelamin betina “Karpogonium”. Beberapa Rhodophyta mempunyai zygote
yang membelah lansung menjadi spora (karpospora), tetapi kebanyakan
membuat karpospora tidak langsung dari zygot (Hidayat, 2006).
Perkembangbiakan
vegetatif dengan aplanospora ( spora tidak bergerak ) dan dengan fragmentasi
thallus. Sedangkan perkembangan generatifnya dengan pembuahan sel telur di
dalam korpogonium oleh spermatium. (Yudianto, 1992 ).
3.3.
Gracilaria coronopifolia
3.3.1.
Gambar Spesies
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
|
( Hardiansyah
,2010)
|
3.3.2.
Klasifikasi( Hardiansyah ,2010 )
Kingdom
: Plantae
Divisi : Rhodophyta
Ordo: Cryptonemiales
Famili: Halymeniaceae
Genus : Gracilaria sp
Spesies Gracilaria coronopifolia
Pembahasan
Alga
Gracilaria
coronopifoliaini ditemukan melekat pada substrat seperti bebatuan
dan karang di pinggir pantai. Alga ini merupakan salah satu spesies dari divisi
Rhodophyta atau alga merah. Berdasarkan hasil pengamatan, alga ini memiliki
warna merah pada habitat asalnya namun warnanya berubah menjadi warna hijau
setelah pengawetan dengan menggunakan alkohol. Ini terjadi dikarenakan
pigmennya yang luntur dan kesalahan saat dilakukan pengawetan, yaitu dengan
menggabungkan alga jenis Chlorophyta dan alga jenis Rhodophyta di wadah yang
sama saat dilakukannya fiksasi. Alga ini memiliki tekstur tubuh yang keras.
Bentuk thallusnya silindris hampir mirip dengan daun cemara, memiliki duri
tumpul keci-kecil yang rapat satu dengan yang lain di seluruh permukaan
tubuhnya. Pada bagian bawah terdapat holdfast yang berbentuk seperti cakram
yang berfungsi untuk melekatkan diri pada substrat. Panjang holdfastnya 1,3 cm.
Stipe dan blade pada alga ini tidak dapat dibedakan karena memiliki bentuk yang
sama. Panjang keseluruhan dari alga ini 9,3 cm dan lebar 3,2 cm.
Pada
umumnya dinding sel tediri dari dua komponen yaitu komponen fibriler awan yang
membentuk rangkadinding dan komponen non fibriler berbentuk matrik. Tipe umum
dari komponen fibriler mengandung
selulosa, sedangkan non fibriler tersusun dari galaktan atau polimer dan galaktosa
seperti agar, karaginin porpiran (Sulisetjono,2009).
Sebagai
hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat ang disebut tepung floride, yang
juga merupakan hasil polimerasi glukosa, berbentuk bulat, tidak larut dalam
air, seringkali berlapis-lapis, jika dibubuhi yodium berwarna kemah-merahan.
Tepung ini sifatnya lenih dekat kepada glikogen, dan tidak terdapat dalam
kromatofora, melainkan pada permukaannya. Selain tepung floride terdapat juga
floridosida (senyawa gliserin dan galaktosa) dan tetes-tets minyak. Pirenoid
kadang-kadang juga terdapat.selain beberapa perkecualian, Rhodophyceae selalu bersifat autotrof. Yang heterotrof tidak
mempunyai kromatofora dan hidup sebagai parasit pada ganggang lain. Dinding sel
terdiri atas dua lapis, yang dalam terdiri dari selulosa, yang luar terdiri
atas pektin yang berlendir (Tjitrosoepomo, 2009).
Kebanyakan
Rhodophyceae hdup dalam air laut, terutama dalam lapisan-lapisan air yang
dalam, yang hanya dapat dicapai oleh cahaya bergelombang pendek. Hidupnya
sebagai bentos, melekat pda suatu substrat dengan bengang-benang pelekat atau
cakram pelekat. Thallus bermacam-macam bentuknya, tetapi pada golongan yang
sederhana pun telah bersifat heterotrik. Jaringan tubuh belum bersifat sebagai
parenkim, melainkan hanya merupakan plektenkim (Tjitrosoepomo, 2009).
Rhodophyceae
memiliki satu atau beberapa macam spora yang tidak berflagel yaitu karpospora,
spora netral, monospora, bispora, tetraspora, atau polispora. Karpospora adalah
spora yang terbentuk secara seksual, spora ini terbentuk secara langsung atau
tidak langsung dari zigot. Spora-spora lainnya adalah spora aseksual. Spora
netral adalah spora yang terbentuk langsung dair sel vegetatif yang mengalami
metamorfosa. Monospora adalah sora yang terbentuk dalam sporangium yang hanya
menghasilkan satu spora saja (Sulisetjono,2009).
BAB IX
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan alga yang diperoleh dari zona pasang surut Pantai Kondang
Merak diketahui bahwa:
1.
Codium harveyi silva merupakan spesies dari divisi Chlorophyta karena memiliki pigen
hijau. Alga ini memiliki tektur seperti spons
dan seluruh permukaan memiliki pori-pori yang kecil. Tubuhnya tegak dan
rimbun. Bentuknya gepeng dan memliki cabang-cabang
2.
Cystoseira_spmerupakan spesies dari divisi Rhodophyta karena memiliki pigmen
merah Alga ini memiliki tekstur tubuh yang keras dan bentuk tubuhnya silindris
gepeng, mempunyai percabangan dikotom dan pada permukaan tubuhnya terdapat
bintik-bintik.
3.
Gracilaria
coronopifoliamerupakan
spesies dari divisi Rhodophyta karena memiliki pigmen merah. Alga ini memiliki
tekstur tubuh yang keras. Bentuk thallusnya silindris hampir mirip dengan daun
cemara, memiliki duri tumpul keci-kecil yang rapat satu dengan yang lain di
seluruh permukaan tubuhnya.
4.2. Saran
Untuk memperlancar praktikum ini
diharapkan mahasiswa memperdalam materi yang berhubungan atau menunjang
praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aslan, L.M. 1991. Budidaya Rmput Laut. Yogyakarta:
Kanisius
Aziz,
Abdul. 2008. Dan Alampun Bertasbih. Jakarta:
Balai Pustaka.
Campbell,
Neil. A., dkk. 2003. Biologi Edisi Kelima
Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Hidayat, Otang. 2006. Diktat Botani Cryptogamamae. Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia.
Pitriana,
Pipit. 2008. Bio Ekspo Menjelajah Dunia Dengan Biologi.
Solo: Jatra Graphic.
Sulisetjono.
2009. Bahan Serahan Algae.
Yudianto,
Suroso Adi. 1992. Pengantar Cryptogamae.
Bandung : Transito
Tidak ada komentar:
Posting Komentar